Suyarno
dan Dian Diniyati
ABSTRAK
Suaka Marga Satwa Gunung Sawal memberikan manfaat yang besar bagi
kehidupan masyarakat disamping fungsi utamanya sebagai habitat berbagai jenis
satwa dan berbagai keanekaragaman hayati. Manfaat yang besar itu salah satunya
adalah sebagai sumber mata air.
Sumber air yang berasal dari Gunung Sawal diantaranya dialirkan melalui
2 sungai besar yaitu Sungai Cibaruyan dan Cileer. Air dari sungai tersebut
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari (keperluan
mandi, cuci, masak dan minum serta untuk memenuhi kebutuhan air irigrasi
persawahan dan kolam), perusahaan swasta dan perusahaan daerah.
Manfaat nyata yang telah dirasakan yaitu pada saat kemarau panjang tahun
2006 kedua sungai tersebut tidak mengalami kekeringan sehingga dapat menopang
kebutuhan air bagi penggunanya.
Kata kunci : Suaka Marga
Satwa Gunung Sawal, Sumber Air dan Penggunaannya.
I. PENDAHULUAN
Gunung Sawal merupakan salah satu gunung di Jawa Barat yang terletak di
Kabupaten Ciamis dan menjadi hulu Sungai Citanduy, sehingga menjadi
pendukung sektor pertanian dan sektor
ekonomi lainnya terutama dari segi tata air di daerah hilir. Wilayah yang
berhubungan langsung ada 9 kecamatan dengan luas 42.816 ha yang terbagi atas
lahan kering 33.824 ha (79%) dan 8.841 (20,65%) berupa pesawahan (Anonim.2003), sehingga keberadaan Hutan
Gunung Sawal sangat penting bagi kelangsungan tata air di wilayah sekitarnya.
Selain itu, keberadaan Gunung Sawal mempunyai nilai yang sangat tinggi
dipandang dari sudut konservasi sumber daya alam, karena didalamnya terdapat
habitat tempat hidup berbagai binatang langka yang salah satunya merupakan
satwa khas Jawa Barat yaitu surili.
Kawasan Gunung Sawal mempunyai potensi sumber daya alam fauna dan flora
yang khas, sehingga berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
420/Kpts/Um/6/1979 ditetapkan menjadi kawasan konservasi. Undang-undang nomor
41tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 7 menerangkan bahwa kawasan konservasi
terdiri dari; a). kawasan suaka alam, b). kawasan hutan pelestarian alam dan
c). taman buru. Dengan demikian, Gunung Sawal memiliki flora dan fauna yang
sangat khas sehingga dikelompokkan dalam kawasan hutan suaka alam dan
ditetapkan menjadi kawasan Suaka Marga Satwa Gunung Sawal. Penetapan ini merujuk pada pengertian Suaka
Marga Satwa yakni Kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa
keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya
dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya (UU nomor 5 tahun 1990).
Suaka
Marga Satwa Gunung Sawal berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor
1887/Kpts-II/Um/2003 tanggal 10 Juni 2003, dikelola oleh Balai Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA) Jabar II Seksi Konservasi Wilayah I.
Disamping berbagai manfaat tersebut keberadaan Suaka Marga Satwa Gunung
Sawal juga memberikan manfaat yang sangat besar sebagai salah satu sumber mata
air. Air yang dihasilkan dari Suaka
Marga Satwa Gunung Sawal dapat menyuplai berbagai kebutuhan diantaranya; untuk
pertanian, rumah tangga dan sebagai salah satu sumber mata air PDAM di
Kabupaten Ciamis.
II. KONDISI UMUM HUTAN GUNUNG SAWAL
Berdasarkan
hasil pengukuran tata batas pada tahun 1980 yang dituangkan dalam Berita Acara
Tata Batas pada tahun 1981 kawasan Suaka Marga Satwa Gunung Sawal seluas 5.360
ha yang secara geografis terletak pada 70 15’ LS dan 1800
21’ BT (BKSDA JABAR II.2004), dan terletak pada zona puncak yang dibawahnya
dikelilingi oleh kawasan hutan produksi tetap dan terbatas yang dikelola oleh
Perum Perhutani dan zona ketiga merupakan lahan milik berupa kebun
campuran/hutan rakyat. Gambaran tata letak penggunaan lahan di Gunung Sawal
terbagi atas 3 zone sebagaimana terlihat pada gambar 1.
![](file:///C:/DOCUME~1/HARRYB~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Gambar
1; Penggunaan Lahan Gunung Sawal
Kawasan hutan Perhutani yang berada di bawah dan hampir mengelilingi
Suaka Marga Satwa Gunung Sawal merupakan hutan produksi yang didominasi oleh
tanaman pinus sehingga kegiatan produksi yang dilaksanakan diantaranya adalah
menyadap getah dan menebang pohon.
Secara
umum keadaan topografi di Suaka Marga Satwa Gunung Sawal berbukit-bukit dengan
puncak tertinggi yaitu blok Karantenan (1.764 m dpl), juga terdapat gunung
diantaranya Gunung Bengkok (1.231 m dpl), Pasir Ipis (1.664 m dpl). Kondisi
puncak yang terbagi atas beberapa gunung berpotensi terhadap banyaknya sungai/anak
sungai (BKSDA JABAR II.2004), sedangkan hasil inventarisasi yang dilaksanakan
tahun 1993 terdapat 106 jenis flora yang didominasi jenis puspa (Schima walichii),
saninten (Castanopsis argantea),
pasang (Quercus paranica),
kiara (Ficus sp), jamuju (Padocarpus imbricatus), rasamala (Altingia
exselsa), jenis rotan yang
tumbuh didominasi oleh jenis bubuay (Plectocomia
elongata), palem hias jenis Pinanga javana (BKSDA JABAR II.2004).
Berbagai jenis tanaman tersebut tumbuh cukup rapat, sehingga menghasilkan kondisi
hutan yang masih baik dan padat
komposisinya, sehingga sangat potensial untuk menyimpan air hujan.
III. POTENSI SUNGAI DAN KETERGANTUNGAN MASYARAKAT
Berdasarkan data dan hasil pengamatan dari Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI)
tahun 1997 potensi sungai yang berasal dari Gunung Sawal dapat dikelompokan
dalam 3 (tiga) katagori yaitu sungai besar, sedang dan kecil sebagaimana
tercantum pada table 1 berikut;
Tabel 1 :
Potensi Sungai Dari Gunung Sawal.
No
|
Sungai
Kecil
|
Sungai
Sedang
|
Sungai
Besar
|
1.
|
Sungai Cilopadang
|
Sungai Cikalagen
|
Sungai Cibaruyan
|
2.
|
Sungai Cisedang
|
Sungai Cipalih
|
Sungai Cileueur
|
3.
|
Sungai Cijoho
|
Sungai Ciharus
|
|
4.
|
Sungai Ciroyom
|
Sungai Cimuncang
|
|
5.
|
Sungai Cikawung
|
Sungai Cimantaja
|
|
6.
|
Sungai Cidarma
|
Sungai Cikadongdong
|
|
7.
|
Sungai Cinyusu
|
||
8.
|
Sungai Cibaok
|
||
9.
|
Sungai Cibulan
|
||
10.
|
Sungai Cipanyusuhan
|
||
11.
|
Sungai Ciwodari
|
||
12.
|
Sungai Cileungsir
|
||
13.
|
Sungai Cisepet
|
Sungai-sungai
tersebut tersebar dan mengalir ke berbagai arah akan tetapi semuanya bermuara
ke Sungai Citanduy. Untuk lebih jelasnya aliran sungai dari Gunung Sawal
disajikan dalam gambar 2 berikut;
![](file:///C:/DOCUME~1/HARRYB~1/LOCALS~1/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg)
Dua
sungai besar yaitu Sungai Cibaruyan dan Sungai Cileueur mempunyai debit air
yang besar dan kondisi airnya tidak pernah kering meskipun musim kemarau,
sehingga banyak pihak yang merasa terbantu dari air yang berasal dari dua
sungai tersebut, seperti untuk kebutuhan rumah tangga, PDAM dan irigrasi.
Pemanfaatan terhadap air yang berasal dari dua sungai besar, secara lebih jelas
dapat diuraikan seperti dibawah ini;
1.
Sungai Cibaruyan
Sungai Cibaruyan bermuara di Sungai Citanduy yang merupakan batas
administrasi Kota Tasikmalaya dengan Kabupaten Ciamis. Sungai Cibaruyan
berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dimanfaatkan untuk pertanian dan rumah
tangga.
Masyarakat
yang mempunyai lahan pertanian di sepanjang sungai merasakan manfaat yang besar
karena dapat mengolah lahannya sebanyak 3 (tiga) kali dalam setahun. Kondisi
ini dirasakan oleh masyarakat di Desa Sukamaju (Kampung Cikujang Girang,
Cikujang Hilir, Sukamaju Hilir, Cibulan), Desa Sukahaji (Kampung Mancagar,
Ciloa, Cianda) dan Desa Sukamulya. Penggunaan air untuk pertanian khususnya di
Desa Sukahaji sudah berkembang dan dikelola oleh lembaga khusus dibawah desa
yaitu P3I “Mitra Cai”. Lembaga ini mengatur pembagian air dan sudah
diberlakukan iuran sebesar 1 ons gabah kering per bata (14 m2) pada
saat panen.
Pada musim kemarau ketergantungan masyarakat terhadap air sungai semakin
meningkat, mulai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan irigrasi
pertanian. Dengan demikian maka jelaslah keberadaan air yang berasal dari
Sungai Cibaruyan ini sangat signifikan terhadap kehidupan, akan tetapi masih
terdapat masyarakat yang kurang menyadari, sehingga memperlakukan air tersebut
secara kurang bijaksana, seperti membuang sampah ke sungai dan lain-lain.
2.
Sungai Cileueur
Pemanfaatan air Sungai Cileueur lebih beragam bila dibandingkan dengan
pemanfaatan air Sungai Cibaruyan. Keberadaan air Sungai Cileueur dipergunakan
sebagai penopang kehidupan kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pokok keberlangsungan industri, antara lain;
- Pabrik karet
Air dari Sungai Cileueur merupakan bahan utama untuk mendukung keberlangsungan pabrik karet yang digunakan
untuk kegiatan perendaman dan pendinginan mesin diesel, sehingga tanpa air
kegiatan industri tidak dapat beroperasi. Berdasarkan hasil wawancara air yang
digunakan selama jam kerja (07.00 s/d 21.00) rata-rata mencapai ± 13.000
lt/hari dan selama 6 tahun beroperasi belum pernah mengalami kekurangan air,
sehingga kegiatan produksi dapat berjalan terus.
- Industri Pembuatan Tahu.
Home industri yang membuat tahu di Dusun Karangtengah Desa Imbanagara
yang mengandalkan kebutuhan sebagian air dari Sungai Cileueur untuk kegiatan
usahanya.
- PDAM
Keberadaan air di Sungai Cileueur menjadi sumber air andalan bagi PDAM
Tirta Galuh karena kondisi sungai mengalirkan air sepanjang tahun, meskipun
jumlah air di Sungai Cileueur belum mencukupi total kebutuhan PDAM. Pada musim kemarau, kapasitas air yang diambil
dari Sungai Cileueur hanya mampu mensuplay 10 lt/detik, sehingga hanya
mencukupi untuk 4.500 konsumen sedangkan pada musim hujan mampu memenuhi
permintaan 11.123 pelanggan (Tadjuk. Edisi 86, 22 Januari 2007)
- Pertanian dan Perikanan.
Disepanjang Sungai Cileueur rata-rata sawah irigrasi dapat menghasilkan
panen 3 kali dalam setahun, selain itu air dari Sungai Cileer banyak digunakan
untuk budidaya perikanan. Kondisi ini dirasakan manfaatnya oleh banyak desa
diantaranya; Desa Tanjungsari, Gunungsari, Bendasari, Sadananya, Mangkubumi,
Cisadap, Sukajadi, Mekarjadi dan Kelurahan Sindangrasa.
Keberadaan
air Sungai Cileueur dirasakan semakin penting terutama pada saat musim kemarau,
bahkan pada tahun 2006 banyak masyarakat berbondong-bondong turun ke sungai
untuk keperluan cuci dan mandi karena kondisi air sumur yang kering. Hal ini
dilakukan oleh masyarakat di Kampung Bojonghuni sampai daerah Bojong
Cijeungjing.
Keterbatasan
debit air Sungai Cileueur pada musim kemarau memaksa adanya pengaturan
pemanfaatan air. Terjadi penggiliran penggunaan air diantaranya untuk PDAM,
persawahan dan pemenuhan kebutuhan air masyarakat di hilir. Pembagian
air didasarkan atas dasar saling pengertian sama-sama membutuhkan.
Dari hasil
wawancara dengan masyarakat yang sering memanfaatkan air dari Sungai Cileueur
diketahui bahwa air sungai selama musim kemarau belum pernah mengalami
kekeringan. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai salah satu indikator bahwa
kondisi vegetasi pada daerah hulu di Gunung Sawal belum terganggu secara serius
dan perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi.
IV. PENUTUP
Uraian diatas merupakan bagian
kecil dari manfaat Gunung Sawal dilihat dari penggunaan air. Pengunaan
air yang diuraikan hanya berorientasi pada sungai besar yaitu Sungai Cibaruyan
dan Cileueur. Tidak diragukan lagi bahwa Suaka Marga Satwa Gunung Sawal saat
ini telah menunjukkan kontribusi yang tidak kecil pada ekosistem di daerah hulu
sampai dengan hilir. Disamping manfaat air, komposisi hutan alam Gunung Sawal
yang rapat mampu menghasilkan oksigen yang tinggi. Sedangkan ragam sumber daya
alam (fenomena alam) yang terdapat di Gunung Sawal berpotensi dipergunakan
sebagai obyek wisata dan cagar budaya.
Sumber daya alam Gunung Sawal yang sangat beragam tersebut baik jenis
flora, fauna dan fenomena alam harus dipertahankan dan ditingkatkan baik
kualitas maupun kuantitasnya. Komitmen bersama dari berbagai stake-holder dan
dukungan kebijakan dari pusat maupun daerah sangat diperlukan guna menjaga
kelestarian Hutan Gunung Sawal.
DAFTAR PUSTAKA
Balai BKSDA Jabar II. 2003. Laporan Pelaksanaan Kegiatan Inventarisasi
Gangguan Hutan di Suaka Margasatwa Gunung Sawal. Balai BKSDA Jabar II. Ciamis.
Balai BKSDA Jabar II. 2004. Pengembangan Pengelolaan Terpadu Suaka
Margasatwa Gunung Sawal. Balai BKSDA Jabar II. Ciamis.
Bakosurtanal. 1997. Peta Rupa Bumi Digital Indonesia 1 : 25.000. Bakosurtanal.
Bogor .
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Departemen Kehutanan. Jakarta
Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Departemen Kehutanan. Jakarta