Berdasarkan data dan hasil pengamatan dari Peta
Rupa Bumi Indonesia (RBI) tahun 1997 potensi sungai yang berasal dari Gunung
Sawal dapat dikelompokan dalam 3 (tiga) katagori yaitu sungai besar, sedang dan
kecil sebagaimana tercantum pada tabel berikut;
Tabel 1 : Potensi Sungai Dari Gunung Sawal.
No
|
Sungai Kecil
|
Sungai Sedang
|
Sungai Besar
|
1.
|
Sungai Cilopadang
|
Sungai Cikalagen
|
Sungai Cibaruyan
|
2.
|
Sungai Cisedang
|
Sungai Cipalih
|
Sungai Cileueur
|
3.
|
Sungai Cijoho
|
Sungai Ciharus
|
|
4.
|
Sungai Ciroyom
|
Sungai Cimuncang
|
|
5.
|
Sungai Cikawung
|
Sungai Cimantaja
|
|
6.
|
Sungai Cidarma
|
Sungai Cikadongdong
|
|
7.
|
Sungai Cinyusu
|
|
|
8.
|
Sungai Cibaok
|
|
|
9.
|
Sungai Cibulan
|
|
|
10.
|
Sungai Cipanyusuhan
|
|
|
11.
|
Sungai Ciwodari
|
|
|
12.
|
Sungai Cileungsir
|
|
|
13.
|
Sungai Cisepet
|
|
|
|
|
|
|
Sungai-sungai tersebut tersebar dan mengalir ke
berbagai arah akan tetapi semuanya bermuara ke Sungai Citanduy.
Dua sungai besar yaitu Sungai Cibaruyan dan
Sungai Cileueur mempunyai debit air yang besar dan kondisi airnya tidak pernah
kering pada saat musim kemarau, sehingga dengan kondisi yang demikian maka
banyak pihak yang sangat tergantung dari air yang berasal dari dua sungai
tersebut, seperti air untuk kebutuhan rumah tangga, air PDAM, air untuk
irigrasi. Pemanfaatan teradap air yang berasal dari dua sungai besar yaitu;
1. Sungai Cibaruyan
Sungai Cibaruyan bermuara di Sungai
Citanduy yang merupakan batas administrasi Kota Tasikmalaya dengan Kabupaten
Ciamis. Sungai Cibaruyan berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dimanfaatkan
untuk pertanian dan rumah tangga.
Masyarakat yang mempunyai lahan
pertanian di sepanjang sungai merasakan manfaat yang besar karena dapat
membudidayakan lahannya 3 (tiga) kali dalam setahun. Kondisi ini dirasakan oleh
masyarakat di Desa Sukamaju (Kampung Cikujang Girang, Cikujang Hilir, Sukamaju
Hilir, Cibulan), Desa Sukahaji (Kampung Mancagar, Ciloa, Cianda) dan Desa
Sukamulya.
Penggunaan air untuk pertanian
khususnya di Desa Sukahaji sudah berkembang dan dikelola oleh lembaga khusus
dibawah desa yaitu P3I “Mitra Cai”. Lembaga ini mengatur pembagian air dan
sudah diberlakukan iuran sebesar 1 ons gabah kering per bata (14 m2)
pada saat panen.
Pada musim kemarau ketergantungan
masyarakat terhadap air sungai semakin meningkat, mulai untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi rumah tangga dan kebutuhan irigrasi pertanian. Dengan
demikian maka jelaslah keberadaan air yang berasal dari Sungai Cibaruyan ini
sangat signifikan terhadap kehidupan, akan tetapi masih terdapat masyarakat
yang kurang menyadari, sehingga memperlakukan air tersebut tidak bijaksana,
seperti membuang sampah ke sungai dan lain-lain.
2. Sungai Cileueur
Pemanfaatan air Sungai Cileueur
lebih beragam bila dibandingkan dengan pemanfaatan air Sungai Cibaruyan.
Keberadaan air Sungai Cileueur dipergunakan sebagai penopang kehidupan
kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pokok
keberlangsungan industri, antara lain;
- Pabrik karet
Air dari Sungai Cileueur merupakan
bahan pokok keberlangsungan pabrik karet yang digunakan untuk kegiatan perendaman
dan pendinginan mesin disel, sehingga tanpa air kegiatan industri tidak dapat
beroperasi. Berdasarkan hasil wawancara bahwa air digunakan selama jam kerja
(07.00 s/d 21.00) yang rata-rata perhari membutuhkan ± 13.000 lt dan selama 6
tahun beroperasi belum pernah mengalami kekurangan air, sehingga kegiatan
produksi dapat berjalan terus.
- Industri
Pembuatan Tahu.
Home industri berupa pembuatan tahu
di Dusun Karangtengah Desa Imbanagara menggunakan sebagian dari air Sungai
Cileueur untuk kegiatan usahanya.
- PDAM
Keberadaan air di Sungai Cileueur menjadi andalan sumber air untuk PDAM Tirta Galuh karena kondisi sungai sepanjang tahun mengalirkan air, meskipun jumlah air di Sungai Cileueur belum mencukupi total kebutuhan PDAM. Pada saat musim kemarau kapasitas sumber air yang diambil dari Sungai Cileueur hanya mampu mengalirkan 10 lt/detik, sehingga hanya mencukupi untuk 4.500 konsumen dan pada saat musim hujan mampu memenuhi permintaan 11.123 pelanggan (Tadjuk. Edisi 86, 22 Januari 2007)
- Pertanian dan
Perikanan.
Disepanjang Sungai Cileueur
rata-rata sawah pertanian dapat menghasilkan panen 3 kali dalam setahun dan
banyak digunakan untuk budidaya perikanan. Kondisi ini dirasakan manfaatnya
oleh banyak desa diantaranya; Desa Tanjungsari, Gunungsari, Bendasari,
Sadananya, Mangkubumi, Cisadap, Sukajadi, Mekarjadi dan Kelurahan Sindangrasa.
Keberadaan air Sungai Cileueur semakin
dirasakan penting adanya pada saat musim kemarau, bahkan pada tahun 2006 banyak
masyarakat berbondong-bondong turun ke sungai karena kondisi air sumur yang
kering untuk keperluan cuci dan mandi, yang dilakukan oleh masyarakat di
Kampung Bojonghuni sampai daerah Bojong Cijeungjing.
Keterbatasan debit air Sungai Cileueur pada
saat musim kemarau mengakibatkan adanya pengaturan air yang belum terorganisir,
sehingga terjadi penggiliran penggunaan air diantaranya untuk PDAM, persawahan
dan sebagian dialirkan ke hilir untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat di
hilir. Pembagian air didasarkan atas dasar saling pengertian sama-sama
membutuhkan.
Dari hasil wawancara dengan masyarakat yang
memanfaatkan air dari Sungai Cileueur diketahui bahwa selama musim kemarau
berapa lamapun air sungai belum pernah mengalami kekeringan. Kondisi ini dapat
dijadikan sebagai salah satu indikator bahwa penutupan lahan di Gunung Sawal
berlum terganggu dan harus dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi.