POTENSI DAN KARAKTERISTIK JENIS-JENIS POHON DOMINAN PENYUSUN HUTAN RAKYAT DI JAWA BARAT - investasi pohon

Blog investasi pohon - Blog yang menguraikan mengenai pohon/kayu dalam kerangka hutan rakyat dengan berbagai hal mulai dari investasi, produksi dan pemasaran serta kelembagaannya

Post Top Ad

Monday, September 4, 2017

POTENSI DAN KARAKTERISTIK JENIS-JENIS POHON DOMINAN PENYUSUN HUTAN RAKYAT DI JAWA BARAT




ABSTRAK

Potensi hutan rakyat sangat fluktuatif mengingat tingginya tingkat penjualan kayu dan tingkat kesadaran yang tinggi untuk menanam kayu. Potensi hutan rakyat pada kenyataannya sangat beragam baik dari segi kwalita maupun struktur tegakan.
Luas hutan rakyat secara nasional berdasarkan data dari Dinas Kehutanan tingkat kabupaten di suluruh Indonesia seluas 1.568.415,64 ha terdiri dari 7 jenis tanaman  dominan yang dikembangkan di luar pulau Jawa  dan Pulau Jawa. Potensi hutan rakyat di Jawa Barat terlihat dinamis data terakhir seluas 185.547,63 ha dapat menghasilkan produksi kayu sebesar 1.336.006,30 m3 dengan jenis kayu utama sengon, mahoni dan  jati. Jenis-jenis kayu tersebut mempunyai karakteristik dan sarat tempat tumbuh yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Kata kunci : Potensi, Karakteristik dan Tempat Tumbuh Hutan Rakyat.

I. Pendahuluan
Masih tingginya laju kerusakan kawasan hutan, memposisikan hutan rakyat dengan segala potensinya menjadi alternatif guna pemenuhan kebutuhan kayu. Potensi hutan rakyat sangat fluktuatif mengingat tingginya tingkat penjualan kayu dan tingkat kesadaran yang tinggi untuk menanam kayu. Potensi hutan rakyat pada kenyataannya sangat beragam baik dari segi kwalita maupun struktur tegakan yang dicirikan dengan sangat beragamnya jenis tanaman yang dibudidayakan dalam satu hamparan lahan garapan. Beragamnya jenis tanaman ini baik pada tegakan kayu maupun tanaman pengisinya. Pola ini secara umum menjadi pilihan guna menghadapi tantangan sempitnya lahan garapan dan pola ini sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1900 (Dalymple. 1977 dalam Awang. 2000).
Gerakan penanaman kayu pada lahan milik menjadi bagian dari program pemerintah sejak tahun 1956 yang terkenal dengan istilah “ Gerakan Karang Kitri “,  yaitu gerakan menanam pekarangan dan lahan-lahan milik masyarakat yang berupa tanah kosong dengan jenis tanaman yang bermanfaat dan untuk Propinsi Jawa Barat mempelopori kegiatan tersebut sejak tahun 1974 dengan istilah “ RAKGANTANG” (Gerakan Gandrung tatangkalan).
Kurun waktu yang sangat lama dalam membudidayakan tanaman kayu-kayuan memberikan dampak pada banyaknya pengetahuan dan pengalaman petani dalam membudidayakan berbagai jenis tanaman kayu. Pengetahuan tentang budidaya berbagai jenis tanaman kayu diindikasikan dengan banyaknya potensi jenis tegakan yang dibudidayakan petani dalam suatu hamparan lahan  garapan hutan rakyat.

II. Potensi dan Karakteristik  Penyusun Hutan Rakyat.
    Luas hutan rakyat secara nasional berdasarkan data dari Dinas Kehutanan tingkat kabupaten di suluruh Indonesia seluas 1.568.415,64 ha (Anonim. 2005 dalam Sukardayati. 2006). Hutan rakyat tersebut terdiri dari 7 jenis tanaman yang dominan dikembangkan di pulau jawa dan luar pulau jawa. Potensi ketujuh jenis tanaman dominan disajikan pada tabel 1 berikut;

Tabel 1; Populasi 7 jenis pohon dominan penyusun hutan rakyat (batang)
No    Jenis Pohon    Potensi                                                Jumlah
                               Jawa               Luar Jawa   
1.    Jati                 50.119.621      29.592.858                79.712.479
2.    Sengon           50.075.525       9.758.776                 59.834.301
3.    Mahoni           39.990.730      5.268.811                  45.259.541
4.    Bambu            29.139.388      8.786.890                  37.926.278
5.    Akasia            22.611.068      9.409.011                  32.020.079
6.    Pinus                3.521.107      2.302.757                    5.823.864
7.    Sonokeling       2.008.272          344.379                    2.352.651
    JUMLAH         197.465.711       65.463.482             262.929.193
    Berdasarkan Tabel 1 potensi pohon penyusun hutan rakyat berada di pulau Jawa sebesar 75,10% dan di luar jawa sebesar 24,90%. Potensi pohon sebanyak 197.465.711 batang tersebar di pulai Jawa menyebar di 5 propinsi. Khusus di Propinsi Jawa Barat dengan tingkat curah hujan yang tinggi dan jenis tanah pegunungan yang subur maka 7 jenis pohon dominan tersebut sudah berkembang pesat dan dibudidayakan disuluruh hutan rakyat di masing-masing kabupaten.  
Potensi hutan rakyat di Jawa Barat terlihat dinamis karena banyaknya faktor yang mempengaruhi perkembangan hutan rakyat. Kebutuhan akan lahan untuk pemukiman, pertanian, industri dan infrastruktur pembangunan lainnya serta adanya kegiatan  dari program pemerintah menyebabkan luasan hutan rakyat mengalami perubahan. Perkembangan luasan hutan rakyat di Jawa Barat disajikan pada tabel 2 berikut;

Tabel 2; Perkembangan Luasan Hutan Rakyat di Jawa Barat
No    Kabupaten    Luas HR
Th 2004    Luas HR
Th 2005    Luas HR
Th 2006
1.    Bogor    14.965,3    16.173,1    15.207,0
2.    Sukabumi    30.153,9    34.861,8    14.664,6
3.    Cianjur    35.886,3    15.747,4    163,9
4.    Karawang    4.251,4    257,0    3.149,0
5.    Bekasi    935,7    913,0    820,0
6.    Purwakarta    3,6    6.997,7    6.997,7
7.    Subang    8.056,0    8.065,0    10.885,0
8.    Bandung    23,8    13.018,0    17,258,0
9.    Garut    6.018,6    3.575,0    3.731,0
10.    Sumedang    14.338,7    14.338,7    14.338,1
11.    Majalengka    2.999,0    8.901,0    8.901,0
12.    Tasikmalaya    23.784,9    30.046,5    30.046,9
13.    Ciamis    23.806,4    28.945,5    23.806,4
14.    Cirebon    5.677,7    4.984,8    3.156,7
15.    Kuningan    15.446,9    15.446,9    15.446,9
16.    Indramayu    24.372,5    24.372,5    246,6
17.    Kota Tasikmalaya    2.439,6    2.439,6    2.4399,6
18.    Kota Banjar    1.732,2        1.773,2
    Jumlah    214.892,4    229.083,5    185.547,6
Sumber : Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat, 2006

Data terakhir dari luasan hutan sebesar 185,547,63 ha dapat menghasilkan produksi kayu sebesar 1.336.006,30 m3, dengan jenis kayu utama sengon, mahoni dan  jati. Adapun karakteristik jenis-jenis pohon dominan penyusun hutan rakyat  sebagai berikut;

1.  Sengon
a. Nama Ilmiah    : Parasireanthes falcataria Nielsen,
              Fabaceae; Sub Fam Mimosoideae
b. Nama Daerah    : Sengon, Albasia, jeungjing (sunda), sengon laut
c. Sifat – Sifat Botani;
    1). Batang,
Pohon besar, tinggi mencapai 45 m, batang bebas cabang 15-20 m, umumnya lurus, diameter dapat mencapai 100 cm, ranting muda persegi, berbulu halus. Kulit licin berwarna abu-abu muda. Ranting besar dan mudah patah karena angin, ranting muda umumnya berdaun penumpu dan mudah gugur.
2). Daun,
Daun-daun majemuk menyirip ganda dua seperti daun jenis leguminose lainnya, berseling, kandungan netrogennya dapat menyuburkan tanah.
3). Bunga
Bunga-bunga berwarna krem sampai kekuningan, benangsarinya banyak dan lebih panjang dari mahkota. Buah polong dengan biji-biji yang banyak.

 d. Habitat Sarat Tumbuh
Sengon dapat tumbuh dengan baik pada kondisi;  Ketinggian < 1.600 m dpl, Curah hujan 2.000 – 4.000 mm/th,  Temperatur 20 – 34 oC, Tekstur tanah Ringan – berat,  PH tanah Asam – netral, Draenase baik, Toleransi naungan     Intoleran. Pohon ini dapat bersosiasi positif dengan Toona sureni, Terminalia, Ahathis dan Pterocarpus indicus (Atmosuseno BS. 1999)

e. Manfaat Kayu,
Kayunya yang berwarna putih yang pada saat sudah tua kadang-kadang berwarna kecoklatan, ringan, agak kasar, padat putih segar kualitas kurang kuat dan kurang awet, umumnya dapat digunakan sebagai bahan kontruksi ringan dan berperan penting sebagai bahan peti sabun, batang korek api, sumpit, palet, kerajinan mainan anak-anak, alat rumah tangga, mebel kualitas rendah.
Sebagai bahan industri kayu ini dapat dibuat menjadi serpih kayu bahan papan partikel, pulp dan rayon. Berat jenisnya yang ringan (0,35), industri-industri tersebut kurang menyukainya, karena untuk satu ton bubur kayu diperlukan lebih dari 5 m3 bahan kayu jenis ini. Kayu ini sekarang banyak digunakan sebagai bahan fenir dalam untuk kayu lapis dan lumber core atau bagian dalam dari blackboard dll. 

f. Tehnik Budidaya
Penanaman jenis kayu ini dapat dilakukan dengan stump, bibit dengan pollybag, cangkokan dan dapat dikembangkan dengan terubusan.

2. Sonokeling
a. Nama Ilmiah    : Dalbergia latifolia  Roxb
          Fabaceae/Leguminoceae
b. Nama Daerah    : Sonokeling, Sonosungu (Jawa, Sunda).
c. Sifat Botani
1). Batang
Tinggi pohon mencapai 43 m, tinggi bebas cabang 3 – 10 m dan diameter batang 100 – 150 cm, batang lurus silindris atau kadang-kadang berkekah, kulit luar putih sampai kelabu.
2). Daun
Daun-daun berseling, majemuk menyirip ganda satu, anak-anak daun berbentuk bulat dengan tepi daun berombak, ujung meruncing, tulang daun berbentuk jala.
3). Bunga
Berbunga dalam tandan, buah berbentuk legum pipih dengan satu atau lebih biji, kering merekah.

d. Habitat/Sarat Tumbuh
Sonokeling dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lahan; Ketinggian < 600  m dpl,  Curah hujan 600 – 1.000 mm/th, Temperatur 24 – 33 oC, Tekstur tanah Ringan – berat, PH tanah    Asam – netral, Draenase Baik, Toleransi naungan Semi Intoleran.
Pohon ini mampu tumbuh baik pada kondisi tanah miskin hara dan tanah berbatu. (Ramdan H dalam Djayapertjunda. 2003).

e. Manfaat Kayu
Kayunya berwarna putih, lunak dapat digunakan untuk kayu bakar, bahan baku pulp dan kertas, papan partikel, core kayu lapis, korek api, peti kemas serta sebagai kayu pertukangan.

f. Tehnik Budidaya
Tehnik budidaya jenis kayu ini dapat dilakukan dengan menggunakan anakan dari persemaian.

3. Akor (Akasia)
a. Nama Ilmiah    : Acacia auriculiformis  A Cunn ex Benth.
          Fabaceae/Leguminoceae
b. Nama Daerah    : Akasia (Indonesia, general)
c. Sifat Botani
1). Batang
Pohon sedang, tinggi mencapai 20 m, tinggi bebas cabang 12 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Kulit batang beralur dalam atau pecah-pecah, kulit luar kelabu atau kelabu hitam, kulit dalam krem.
2). Daun
Daun berupa filodia memanjang dan melengkung seperti clurit dengan 3-4 longitudinal tulang daun.
3). Bunga
-
d. Habitat
Pohon ini banyak dijumpai pada dataran rendah 1-90 m dpl, tetapi di Jawa Barat berhasil di tanam pada ketinggian 600 m dpl. Pohon ini dikenal memiliki senyawa allelopati yang beracun bagi tumbuhan lainnya (Ramdan H dalam Djayapertjunda. 2003).

e. Manfaat Kayu
Kayunya berwarna kuning sampai coklat tua merupakan bahan baku yang baik untuk industri pulp dan kertas dan  dapat digunakan untuk bahan bangunan.

f. Budidaya
Dibudidayakan dengan biji dan dapat dilakukan dengan stek.

4. Jati
a. Nama Ilmiah    : Tectona grandis Linn. f.
          Verbenaceae
b. Nama Daerah    : Jati
c. Sifat Botani
1). Batang
Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Kayu keras jati berwarna coklat muda, coklat kelabu hingga coklat merah tua. Kayu gubal dibagian luar berwarna putih dan kelabu kekuningan.
2). Daun
Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya.
3). Bunga
Bunga majemuk terletak dalam malai besar, 40 cm × 40 cm atau lebih besar, berisi ratusan kuntum bunga tersusun dalam anak payung menggarpu dan terletak di ujung ranting; jauh di puncak tajuk pohon. Taju mahkota 6-7 buah, keputih-putihan, 8 mm. Berumah satu. Buah berbentuk bulat agak gepeng, 0,5 – 2,5 cm, berambut kasar dengan inti tebal, berbiji 2-4, tetapi umumnya hanya satu yang tumbuh. Buah tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang melembung menyerupai balon kecil.
d. Habitat
Jati tumbuh baik pada ketinggian tempat : 0 – 700 m dpl, Tanah : tidak terlalu terikat pada satu jenis tanah tertentu, tetapi jati tumbuh baik pada tanah yang sarang, mengandung Ca dan P yang cukup dan pH antara 6-8. Jati termasuk jenis tanaman yang memerlukan unsure kalsium dalam jumlah yang cukup besar untuk tumbuh dan berkembang. Iklim : tumbuh baik pada daerah dengan musim kering yang nyata (bukan syarat mutlak) dengan curah hujan  : 1200 – 1300 mm/tahun, Intensitas cahaya : 75 –100% dan Suhu : 22 – 32o Celcius

e. Manfaat Kayu
Kulit dan akar jati dapat digunakan sebagai bahan pewarna anyaman. Kayu jati merupakan kayu primadona dengan kelas kuat dan awet yang tinggi (berat jenis kayu tinggi). Kayu jati dapat digunakan untuk konstruksi normal dengan tekstur kayu yang indah. Beberapa penggunaan kayu jati antara lain untuk: tiang, balok, pilar jembatan, pilar rumah, atap, kusen, pintu, jendela, dan perancah dan papan bendungan air tawar, bantalan dan pendinginan kayu dari gerbong kereta api, perkakas rumah tangga dan pendinginan kayu bagi rumah, papan dinding dan papan geladak kapal laut, lapisan bawah pelat panser pada kapal perang, pelapisan jalan dan untuk pemasangan lantai, baik dalam bentuk papan maupun sebagai parket, untuk sirap dan bantalan rel.
Selain untuk penggunaan secara teknis, kayu jati juga bermanfaat untuk pengobatan, antara lain untuk memperbaiki makanan dan minuman yang berbahaya dan dapat menahan kolera yang mengganas; orang Melayu meng gunakan kayu jati untuk obat dalam (penyakit kolera); Kolik (keram perut) juga dapat disembuhkan dengan kayu jati yang direbus dengan segenggam beras. Daun : air seduh daun jati dapat juga digunakan sebagai obat kolera; daun jati juga digunakan untuk bahan pewarna anyaman.

f. Tehnik Budidaya
Budidaya jenis tanaman ini dapat dilakukan dengan; biji melalui persemaian, okulasi, kultur jaringan dan stek pucuk.

5. Pinus
a. Nama Ilmiah    : Pinus merkusii Yung et de. Vries)
          Pinaceae
b. Nama Daerah    : Tusam, damar batu, kayu sala, Sugi, Pinus.
c. Sifat Botani
1). Batang
Pinus dapat mencapai tinggi 20-40 m dengan diameter 100 cm dan batang bebas cabang 2-23m. Pinus tidak berbanir, kulit luar kasar berwarna coklat kelabu sampai coklat tua, tidak mengelupas dan beralur lebar serta dalam. Kayu pinus berwarna coklat kuning muda, berat jenis rata-rata 0,55 dan termasuk kelas Kuat III serta kelas awet IV.
2). Daun
Daun dalam berkas dua dan berkas jarum, pada pangkalnya dikelilingi oleh suatu sarung dari sisik yang berupa selaput tipis panjangnya 0,25 cm. Pohon bertajuk lebat, berbentuk kerucut mempunyai perakaran cukup dalam dan kuat.
3). Bunga
Bunga jantan panjangnya sekitar 2 cm, pada pangkal tunas yang muda, tertumpuk berbentuk bulir. Bunga betina terkumpul dalam jumlah kecil pada ujung tunas yang muda, selindris dan sedikit berbangun telur, kerapkali bengkok. Sisik kerucut buah dengan perisai ujung berbentuk jajarang genjang, akhirnya merenggang, kerucut buah panjangnya 7-10 cm. Biji pipih berbentuk bulat telur panjang 6-7 mm, pada tepi luar dengan sayap besar, mudah lepas.
Pohon pinus berbunga dan berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Juli-November. Biji yang baik warna kulitnya kering kecoklatan, bentuk bijinya bulat, padat, dan tidak berkerut. Jumlah biji kering 57.900 butir per kg atau 31.000 butir/Lt.

d. Habitat
Walaupun jenis ini dapat tumbuh pada berbagai ketinggian tempat, bahkan mendekati 0 meter di atas permukaan air laut, dengan tempat tumbuh yang terbaik pada ketinggian tempat antara 400 – 1500 m dpl, pada tipe iklim A dan B menurut Schmidt – Ferguson, pada curah hujan sekurang-kurangnya 2000 mm/tahun  dengan jumlah bulan kering 0 – 3 bulan. Jenis ini dapat tumbuh pada berbagai tipe jenis tanah dengan lapisan tanah yang tebal/dalam, PH tanah asam dan mengendaki tekstur tanah ringan sampai sedang (Edy S. 2005)

e. Manfaat Kayu
Manfaat jenis pohon ini cukup banyak. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan bangunan ringan, peti, korek api, bahan baku kertas dan vinir/kayu lapis. Pada umur 10 tahun, pohon sudah dapat disadap getahnya. Dari getah Pinus dapat dibuat
gondorukem dan terpentin. Gondorukem digunakan dalam industri batik sedang terpentin digunakan sebagai pelarut minyak cat dan lak.

f. Tehnik Budidaya
Perbanyakan pinus dilaksanakan dengan biji melalui persemaian.

6. Mahoni
a. Nama Ilmiah    : Swietenia spp
              famili Meliaceae
b. Nama Daerah    : Mahoni
c. Sifat Botani
1). Batang
Pohon mahoni (Swietenia spp.) memiliki ketinggian hingga mencapai 35 meter, diameter bisa mencapai hingga 25 cm, bentuk batang silindris, tidak berbanir.
Warna kayu teras cokelat muda kemerah-merahan atau kekuning-kuningan hingga cokelat tua kemerahan kemudian menjadi lebih tua. Tekstur kayu agak halus. Permukaan kayu mengkilap dan agak licin. Arah serat berputar kadang bergelombang hingga terkesan permukaan kayu memiliki gambar bervariasi.
2). Daun
    Tajuk mahoni membulat.
3). Bunga
Mahoni berbuah sepanjang tahun dan pada bulan Juli-Agustus adalah musim berbuah paling banyak.

d. Habitat
Mahoni (Swietenia spp.) di Indonesia tersebar merata di seluruh Pulau Jawa. Daerah dengan musim kemarau basah atau kering dengan type curah hujan A-D merupakan daerah yang cocok sebagai tempat tumbuh mahoni (Swietenia spp.). Mahoni tumbuh pada ketinggian 1000 meter dari permukaan laut.

e. Manfaat Kayu
Kayu mahoni dapat dimanfaatkan untuk beberapa  produk diantaranya venir dekoratif, kayu lapis, mebel, panel, perkapalan, patung, ukiran, barang bubutan dsb. Produk venir bahkan dapat dilakukan dengan hasil baik tanpa perlakuan pendahuluan dengan sudut kupas 92 derajat untuk tebal 1,5 mm. Serta perekatan venir dengan kasein ditambah kapur 30 % dapat dihasilkan kayu lapis yang memenuhi standar Jerman.

f. Tehnik Budidaya
Perbanyakan mahoni bisa dilakukan menggunakan persemaian.

Post Top Ad

Your Ad Spot