Tehnik
Terubusan Cara Tanam Pohon Sengon
Yang
Cepat Besar
Pendahuluan
Kegiatan
penanaman tanaman kayu dilihat dari sejarah sudah dimulai sejak zaman
pemerintahan Hindia Belanda karena adanya eksploitasi yang sangat besar
terhadap kawasan hutan sehingga pemerintahan pada waktu itu mengarahkan
masyarakat pemakai kayu bakar dapat memenuhi kebutuhannya dengan menanam pohon
kayu di tanah yang dikelolanya.
Dalam
perkembangannya kegiatan penanaman kayu atau penghijauan terus digalakkan sejak
tahun 1950. Berbagai program telah dilaksanakan mulai dari Gerakan Karang Kitri, Rakgantang (Gerakan Gandrung Tatangkalan), sengonisasi, Gerhan dll.
Kegiatan
penanaman kayu dilahan milik yang sudah dilaksanakan sejak lama dalam
perkembangannya masyarakat mempunyai berbagai pengalaman tehnik budidaya
tanaman kayu terutama sengon mulai dari yang alami tumbuh sendiri sampai pada
penanaman sengon hasil dari kultur jeringan dan tidak sedikit masyarakat yang
sudah melaksanakan budidaya tanaman sengon dengan tehnik terubusan. Budidaya
sengon dengan sistem terubusan ini kiranya dapat menjadi salah satu alternatif
tehnik budidaya yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam pengelolaan hutan
rakyat.
Pelaksanaan
Teknik Terubusan
Secara garis
besar pelaksanaan teknik terubusan dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu;
1. Persaratan/perlakuan
sebelum (pelaksanaan penebangan)
2. Teknik
pelaksanaan budidaya terubusan
3. Pemeliharaan
terubusan
Adapun tahapan
kegiatan tersebut akan diuraiakan sebagai berikut;
1. Persyaratan/Perlakuan
sebelum (pelaksanaan penebangan).
Berdasarkan
hasil pengamatan dan wawancara diperoleh bahwa budidaya sengon teknik terubusan
dapat dilaksanakan jika pelaksanaan penebangan memenuhi persyaratan sebagai
berikut;
a.
Umur pohon yang ditebang
Pohon
yang ditebang tidak dilaksanakan pada pohon yang berumur muda (< dari 5 th)
karena pada tanaman muda batang utamanya masih kecil sehingga memungkinkan
tunas hasil terbusan akan roboh karena batang utama tidak kuat menopang
pertumbuhan terubusan dan tidak disarankan pada pohon yang sudah tua karena
kemungkikan munculnya tunas baru relatif kecil dan sedikit. Penebangan
sebaiknya dilaksanakan pada sengon berumur > 5 th karena batang utama sudah
cukup menopang pertumbuhan tunas dan bisanya tunas baru yang tumbuh berkisar
5-6 tunas.
b.
Sistem penebangan dengan tebang habis
Tebang habis harus dilaksanakan karena tunggak
sisa penebangan yang ternaungi/lebab akan membusuk atau kecil kemungkinan untuk
tumbuhnya suatu terubusan. Pelaksanaan tebang habis lahan akan terbuka sehingga
dengan sinar matahari yang penuh akan mempercepat tumbuhnya terubusan.
c. Pelaksanaan penebangan tidak disarankan menggunakan
chainshow/gergaji.
Penebangan
dengan chainshow/gergaji akan menutup pori-pori kayu sehingga menghambat
tumbuhnya terubusan baru.
d. Pelaksanaan penebangan dilakukan 3 bulan sebelum musim
penghujan.
e. Pelaksanaan penebangan serendah mungkin (10-20 cm),
karena tunggak sisa penebangan akan mampu menopang pertumbuhan terubusan.
2. Teknik
pelaksanaan budidaya terubusan
Pelaksanaan
budidaya terubusan dilaksanakan sebagai berikut;
a.
Selesai pelaksanaan penebangan,
lahan harus dibersihkan (penyiangan) dari tanaman liar.
b.
Tunggak bekas tebangan ditutupi
dengan serasah untuk menjaga kadar air pada tunggak.
c.
Serasah dibiarkan sampai kering
dan membusuk dan 2-3 bulan dari penebangan tunas akan muncul.
d.
Untuk memperkuat tunggak maka
dilaksanakan penimbunan (diipuk) dari
arah samping.
3. Kegiatan
Pemeliharaan
Kegiatan
pemeliharaan dilaksanakan pada saat tunas baru sudah tumbuh ± 1 m yaitu dengan
dilaksanakan penimbunan ke-2 (diipuk)
untuk memperkuat tunggak menopang pertumbuhan terubusan. Kegiatan pemeliharaan
yang lain berupa pembersihan lahan dan penimbunan (diipuk)
2 kali dalam satu tahun.
Kegiatan
penjarangan dapat dilaksanakan pada saat umur 2 tahun yang dengan mengurangan
jumlah terubusan yang muncul yaitu dengan membuang/menebang terbusan yang
kecil/kerdil. Penjarangan harus dilaksanakan karena dalam satu tunggak
seringkali muncul banyak (lebih dari 2 terubusan sebagaimana gambar 1) sehingga
untuk memperoleh tegakan yang cepat pertumbuhannya dalam 1 tunggak disisakan
maksimal 2-3 terubusan. Disamping untuk mempercepat pertumbuhan kegiatan
penjarangan dilaksanakan juga untuk mengkondisikan tunggak mampu menopang
pertumbuhan hasil terubusan.
Hasil yang Sudah Dicapai
Pada gambar 1
tersebut nampak bahwa kegiatan pemeliharaan (penjarangan) tidak dilaksanakan
sehingga terubusan tumbuh apa adanya. Kegiatan penjarangan dilaksanakan dengan
menyisakan 2-3 batang yang tumbuh dengan baik.
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pengukuran yang dilaksanakan secara acak dan dipilih
secara sengaja pada lahan dan umur yang sama terhadap 2 tegakan yang berasal
dari bibit dan hasil terubusan hasilnya sebagai berikut;
Tabel 1 :
Hasil pengukuan diameter
N
|
Klasifikasi
|
Diamater
|
Diamater
Terubusan
|
|
0
|
Ø
|
Dari
|
Jumlah
|
Ø
|
|
|
Bibit
(cm)
|
terubusan
|
(cm)
|
1
|
Besar
|
0,36
|
3
|
0,37
|
|
|
|
|
0,07
|
|
|
|
|
0,29
|
2
|
Sedang
|
0,19
|
2
|
0,21
|
|
|
|
|
0,13
|
3
|
kecil
|
0,04
|
2
|
0,04
|
|
|
|
|
0,09
|
Memperhatikan tabel tersebut terlihat bahwa sengon dengan sistem
terubusan menghasilkan diameter tegakan yang lebih besar bila dibandingkan
dengan tanaman sengon yang berasal dari bibit, apalagi secara kwantita
keseluruhan terubusan dijumlahkan. Hal ini memberikan gambaran bahwa secara
langsung tehnik terubusan menghasilkan volume kayu yang jauh lebih besar dari
pada tegakan sengon yang berasal dari bibit.
Apabila rata-rata tinggi pohon pada tabel 1 diasumsikan sama yaitu 12 m
dan jumlah terubusan hanya 2 pohon terbesar maka diperoleh rata-rata volume
total sebesar 1,13 m3 untuk tehnik terubusan dan 0,59 m3 untuk sengon yang
berasal dari bibit.